Edukasipedia.id – Pandemi COVID-19 mungkin baru saja usai, tetapi dampaknya masih terasa hingga sekarang—mulai dari rasa kehilangan hingga perubahan besar dalam kehidupan kita. Namun, belum selesai kita bernapas lega, datang lagi ancaman baru yang mencuri perhatian dunia: cacar monyet!
Apakah ini sama seriusnya dengan pandemi sebelumnya, atau hanya hype sementara? Yuk, kita bahas tuntas tentang penyakit ini, dari gejalanya hingga cara pencegahannya. Bacalah sampai habis, karena artikel ini mungkin sangat penting untuk kamu dan keluargamu!
Setelah COVID-19, Muncul Lagi Ancaman Baru
Setelah bertahun-tahun hidup di tengah pandemi, sekarang dunia kembali diguncang oleh ancaman kesehatan lainnya—monkeypox, atau yang kita kenal dengan cacar monyet.
Penyakit ini semakin mencuat sejak mulai menyebar ke negara-negara yang sebelumnya bebas dari kasus cacar monyet. Jadi, apa sih cacar monyet itu, dan kenapa kita perlu waspada?
Awalnya dari Kera, Tapi Kok Jadi Masalah Global?
Cacar monyet bukanlah penyakit yang baru muncul. Penyakit ini pertama kali ditemukan tahun 1958 pada koloni kera di Denmark yang sedang diteliti. Virus penyebabnya, yang disebut monkeypox virus, ternyata juga ditemukan pada tikus, tupai, dan hewan liar lainnya.
Nah, inilah yang bikin masalah, karena virus ini bisa menyebar ke manusia melalui gigitan, cakaran, cairan tubuh, atau bahkan daging hewan yang terkontaminasi.
Dari Afrika ke Dunia: Penyebaran yang Mengkhawatirkan
Kasus pertama pada manusia dilaporkan pada 1970-an di Kongo. Sejak itu, penyakit ini menjadi endemik di beberapa wilayah Afrika. Tapi, segalanya berubah sejak Mei 2022. Virus ini mulai menyebar ke 92 negara, termasuk Indonesia.
Bahkan pada 20 Agustus 2022, kasus ini pertama kali dilaporkan di Indonesia. Saat ini, lebih dari 35.000 kasus telah terkonfirmasi secara global, dengan 12 di antaranya berujung pada kematian.
Baca juga: Keajaiban Dunia: Fakta Unik dan Menarik yang Perlu Diketahui
Gejalanya? Lebih dari Sekadar Demam Biasa
Gejala awal cacar monyet bisa bikin salah sangka karena mirip flu: demam, sakit kepala, nyeri badan, lemas, dan pembengkakan kelenjar getah bening. Setelah 1-3 hari demam, muncul ruam di kulit yang ukurannya lebih besar daripada cacar biasa—sekitar sebesar kacang tanah.
Ruam ini berisi cairan bening atau nanah, yang kemudian pecah, mengering, dan rontok setelah sekitar tiga minggu. Penularan terjadi selama ruam masih basah dan belum kering sepenuhnya.
Jangan Asal Pegang: Penularannya Bisa Diam-Diam
Cacar monyet menyebar melalui kontak erat dengan penderita, termasuk sentuhan langsung pada lesi kulit, cairan tubuh, atau droplet saat penderita batuk atau bersin. Virus ini juga bisa menempel di benda-benda yang terkontaminasi.
Meski kebanyakan kasus ringan dan sembuh dalam 2-4 minggu, jangan remehkan—virus ini bisa lebih berbahaya pada mereka yang sistem imunnya lemah.
Mencegah Lebih Baik Daripada Mengobati
Pencegahan cacar monyet bisa dilakukan melalui vaksinasi cacar, yang terbukti efektif melawan virus ini. Di Indonesia, vaksinasi ini sudah mulai direncanakan, namun hanya untuk kelompok yang berisiko tinggi.
Selain itu, menjaga kebersihan, menghindari kontak erat dengan orang yang sakit, dan berhati-hati terhadap hewan liar bisa membantu menekan penyebaran virus.
Siaga Tanpa Panik
Cacar monyet adalah ancaman nyata, tetapi dengan pengetahuan yang tepat, kita bisa menghadapi dan mengatasinya. Ingat, pencegahan adalah kunci. Jadi, tetap waspada, jaga kesehatan, dan jangan biarkan rasa takut menguasai. Bersama-sama, kita bisa melewati semua tantangan kesehatan ini dengan bijak!
Penulis: Siti Kholifah
Editor: Haqqi Idral
Leave a comment