Edukasipedia.id – Pernah nggak sih kamu bertanya-tanya kenapa seseorang selalu sulit fokus, sering gelisah, atau terlihat “terlalu aktif” dalam bertindak? Eits, jangan buru-buru nge-judge nakal, ya! Bisa jadi ini bukan sekadar sifat, melainkan tanda dari Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas atau ADHD.
Kondisi ini sering banget disalahpahami, padahal sebenarnya ada fakta medis penting di baliknya. Yuk, cari tahu lebih dalam soal ADHD supaya kita bisa lebih peduli dengan orang-orang di sekitar kita!
ADHD Itu Apa Sih? Kenapa Anak Bisa Hiperaktif?
ADHD (attention deficit/hyperactivity disorder) adalah gangguan perilaku yang bikin penderitanya susah fokus, cenderung hiperaktif, dan sering bertindak impulsif.
Masalahnya, banyak banget anak dengan ADHD yang malah dicap nakal, suka bikin onar, dan akhirnya dihukum.
Padahal, omelan atau hukuman nggak akan menyelesaikan masalah ini, lho. Justru, mereka butuh perhatian dan penanganan khusus agar gejalanya bisa dikendalikan.
Hiperaktif Bukan Berarti ADHD, Loh!
Sebelum buru-buru menyimpulkan, penting buat tahu bahwa nggak semua anak yang sulit fokus atau hiperaktif berarti ADHD. Di Indonesia, ADHD dikenal juga sebagai GPPH (gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas). Nah, diagnosis ADHD punya beberapa syarat khusus, nih:
- Gejalanya lebih berat dibandingkan anak seusia lainnya.
- Muncul di lebih dari dua tempat, misalnya di rumah dan di sekolah.
- Berlangsung lebih dari 6 bulan dan dimulai sebelum usia 12 tahun.
- Sampai mengganggu kehidupan sosial, akademis, atau aktivitas sehari-hari.
Tipe-Tipe ADHD: Mana yang Paling Sering Terjadi?
ADHD itu punya tiga tipe utama, dan gejalanya bisa berbeda-beda. Berikut tipe-tipenya:
- Hiperaktif-Impulsif Anak selalu bergerak, nggak bisa diam, bicara terus-menerus, atau suka memotong pembicaraan.
- Kurang Fokus (Inatentif) Anak mudah melamun, sering kehilangan barang, dan nggak bisa menyelesaikan tugas.
- Kombinasi Gabungan antara hiperaktif-impulsif dan kurang fokus. Ini adalah tipe ADHD yang paling umum ditemukan.
Apa Penyebabnya? Faktor Genetik Sampai Lingkungan Ikut Berperan!
Penyebab ADHD memang beragam. Beberapa di antaranya adalah:
Gangguan neurotransmitter seperti dopamin dan norepinefrin di otak.
Paparan rokok dan alkohol saat kehamilan.
Trauma otak janin atau paparan zat berbahaya seperti timbal dan pestisida. Nggak cuma itu, polusi dan faktor lingkungan lainnya juga bisa meningkatkan risiko ADHD.
Kalau Nggak Ditangani, Apa yang Bisa Terjadi?
Gejala ADHD bisa berkurang seiring bertambahnya usia. Tapi, kalau nggak ditangani, dampaknya bisa cukup serius:
- Remaja: Masalah di sekolah, kenakalan remaja, bahkan risiko penyalahgunaan narkoba.
- Dewasa: Sulit mempertahankan pekerjaan, masalah keuangan, konflik dengan keluarga, hingga hubungan yang bermasalah.
Cara Mengatasi ADHD: Pentingnya Diagnosis Dini
Kalau kamu melihat tanda-tanda ADHD pada anak, nggak perlu panik. Segera konsultasikan dengan psikolog atau dokter anak. Penanganan ADHD bisa berupa:
- Obat-obatan seperti metilfenidat untuk menyeimbangkan dopamin.
- Psikoterapi atau terapi perilaku kognitif untuk membantu mengubah pola pikir dan perilaku.
Jangan Anggap Remeh, Yuk Jadi Lebih Peka!
ADHD memang sering banget disalahpahami, tapi itu bukan alasan untuk mengabaikannya. Dengan pemahaman yang lebih baik, kita bisa memberikan dukungan yang tepat bagi penderita ADHD, terutama anak-anak.
Ingat, kesehatan mental sama pentingnya dengan kesehatan fisik. Yuk, jadi generasi yang lebih peduli dan tanggap terhadap kebutuhan mereka!
Penulis: Siti Kholifah
Editor: Haqqi Idral
Leave a comment